Marcel, Leo,
Bimo, Clarissa,Helen, adalah siswa yang
memiliki sifat dan karakter yang berbeda. Mereka dipersatukan di sekolah yang
sama.Marcel, si jahil yang selalu bersikap sinis. Leo, anak yang jarang berfikir
sebelum bertindak. Bimo, orang yang tidak pernah mau meminta atau menerima
bantuan orang lain. Clarissa, orang yang tidak pernah mau pusing memikirkan
orang lain.. Dan Helen, cewek cantik yang tidak pernah bisa menolak permintaan
orang lain.
Kini mereka harus menjalankan tugas dari Mr. Ray yang mengharuskan mereka berada di suatu kelompok. Tugas yang diberikan adalah mengurus mading yang ada di sekolah mereka..
Kini mereka harus menjalankan tugas dari Mr. Ray yang mengharuskan mereka berada di suatu kelompok. Tugas yang diberikan adalah mengurus mading yang ada di sekolah mereka..
Sepulang
sekolah…
Pak Ray : “Leo, sudah berapa kali bapak
bilang pada kamu. Berpikirlah sebelum kamu melakukan sesuatu. Pikirkan apa
resiko yang akan kamu dapatkan nantinya.”
Leo : “Iya pak saya tahu. Tapi saya
tidak terima kalau ada orang yang mengejek saya.”
Pak Ray : “Tapi tidak dengan kekerasan. Apa
kamu pikir dengan memukul orang tersebut akan menyelesaikan masalah?”
Leo : “Tidak pak.”
Pak Ray : “Yasudah, sebagai hukumannya saya
mau kamu masuk untuk mengurus mading sekolah.”
Leo : “Bersama siapa pak?”
(tok.. tok..
tok.. terdengar suara ketukan pintu)
Pak Ray : “Silahkan masuk.”
Bimo : “Permisi, bapak memanggil saya
dan yang lain?” (sambil menoleh ke arah teman-temannya)
Pak Ray : “iya.”
Clarissa : “Apa kita ngelakuin kesalahan.”
Pak Ray : “Saya memanggil kalian semua
karna saya ingin meminta kalian untuk mengurus mading sekolah kita.”
Marcel : “Kenapa mesti kita pak?”
Pak Ray : “Seperti yang kalian ketahui,
mading sekolah kita sekarang sudah tidak begitu aktif lagi, semenjak
kakak-kakak kelas kalian yang dulu mengurus mading fokus untuk menghadapi
ujian.”
Clarissa : “Urusannya sama kami apa pak?”
Bimo : “Jangan bilang kita akan jadi
satu kelompok untuk mengurus mading sekolah.”
Pak Ray : “Kamu benar bimo, sekarang hanya
ada Helen yang masih aktif mengurus mading sekolah. Jadi saya minta kepada
kalian untuk bekerja sama membangkitkan kembali mading sekolah.”
Bimo : “kita kan tidak melakukan
kesalahan seperti yang dilakukan Leo.”
Clarissa : “Iya pak, ini gak adil. Leo yang
berbuat kesalahan tapi kita yang kena.”
Helen : “Bukan itu maksud Pak Ray
teman-teman. Pak Ray hanya ingin kita membuat inovasi baru untuk mading sekolah
kita.”
Pak Ray : “Sebelumnya bapak minta maaf,
mungkin kalian tidak bisa menerima keputusan saya. Tapi untuk kali ini saya
mohon pada kalian, tolong bantu saya dan Helen mengurus mading sekolah.”
Marcel : “Baik pak, saya mau membantu
mengurus mading sekolah.”
Pak Ray : “Baik, terima kasih anak-anak
atas pengertian kalian.
*Keesokan
harinya, di dalam kelas*
Helen : “Teman-teman tadi Pak Ray menitipkan
pesan sama aku. Beliau bilang kita harus mengadakan rapat untuk membahas tema
apa untuk mading sekolah kita minggu ini.”
Clarissa : “Okedeh, emang menurut kalian
tema yang bagus apa?”
Helen : “Nanti kita omongin. Gimana Cel?
Kamu bisa?”
Marcel : “Bisa, tapi mungkin gak bisa
terlalu lama.”
Helen : “Iya gak apa-apa kok.”
(Bel pulang
berbunyi, satu persatu dari mereka datang ke perpustakaan)
Marcel : “ ayo mulai rapat.
Helen : “Yaudah kita mulai aja yaa.”
(lalu rapat
dimulai)
Helen : “Yaudah rapat kita mulai. Gini
teman-teman, untuk edisi mading minggu ini menurut kalian tema apa yang bagus
untuk kita bahas?”
Marcel : “Menurut aku, karena minggu ini
ada hari ibu, gimana kalau kita ngebahas tentang ibu, wanita atau apapun yang
masih berhubungan dengan hari ibu.”
Bimo : “Ada yang udah punya karya buat
ditampilin?”
Leo : “Helen, bukannya kamu jago nulis
puisi. Gak ada apa satu puisi yang pas buat tema ini.”
Helen : “Ada sih, tapi gak bagus-bagus
banget.”
Bimo : “Coba kamu baca deh puisinya..”
(Helen membacakan karya puisinya)
Ketika wanita menangis,
Itu bukan berarti dia sedang mengeluarkan senjata
terampuhnya,
Melainkan justru dia sedang mengeluarkan senjata
terakhirnya.
Ketika wanita menangis,
Itu bukan berarti dia tidak berusaha menahannya,
Melainkan karena pertahanannya sudah tak mampu lagi
membendung air matanya.
Ketika wanita menangis,
Itu bukan karena ia ingin terlihat lemah,
Melainkan karena dia sudah tidak sanggup
berpura-pura kuat.
|
Clarissa : “Cukup bagus kok buat dipajang di
mading.”
Marcel : “Jadi kita semua setuju, puisi
Helen yang akan kita pajang di mading.”
Leo : “Aku yang nempel yaa.”
Marcel : “Yaa emang Cuma itu yang kamu
bisa.”
Bimo : “Oke, semuanya boleh pulang,
makasih buat hari ini. Sampai ketemu besok yaa.”
Yang lainnya : “Iya..”
Yang lainnya : “Iya..”
(beberapa
menit setelah Marcel pergi, Bimo lari meninggalkan ruangan)
Helen : “Bimo tunggu! Duh..” (memegang
kepala karena terpentok tembok)
Leo : “Kamu ngak apa-apa len?”
Helen : …. (pingsan)
Leo : “Helen!”
Clarissa : “Ayo bawa dia ke uks.”
*Keesokan
harinya*
(sebelum
bel mausk berbunyi. Leo menempel puisi karya Helen di mading sekolah.)
Pak Ray : “Anak-anak tolong ikut saya ke
kelas ya.”
Leo : “Baik pak” (semua anak
mengangguk dan mengikuti Pak Ray)
Bimo : “Ada apa pak?”
Pak Ray : “Begini, mengenai mading sekolah
edisi minggu ini, bapak sangat bangga pada kalian semua Ternya kalian bisa
bekerjasama dengan baik sekali.Hasilnya sangat memuaskan.”
Clarissa : “Terima kasih pak, ini semua kan
juga berkat bapak yang sudah menyatukan kami.”
Pak Ray : “Iya sama-sama. Oiya, kemaren
bapak dengar Helen pingsan?” .”
Leo : “iya pak,Helen kemarin memang
pingsan.”
Pak Ray : “Kamu tidak apa-apa Helen?”
Helen : “Tidak pak. Kemarin saya hanya
sedikit kecapekan. Oiya pak. Saya sudah memutuskan untuk keluar sebagai
pengurus Mading sekolah ini.”
Bimo : “Ada apa memangnya? Kita berbuat
salah sama kamu?”
Helen : “ tidak ada apa-apa kok. Ini
murni keinginan aku. Maaf teman-teman.Aku akan tetap keluar dari mading
sekolah.”
Pak Ray : “Baiklah, itu sudah keputusan
kamu, saya dan yang lain tidak bisa memaksa. Terima kasih atas kerja sama
kamu.”
(yang lainnya berjalan meningggalkan Leo dan Helen)
Leo : “Sebenernya apa masalahnya?”
Helen: “Gak ada masalah apa-apa.”
Leo : “Lalu kenapa kamu mengundurkan
diri tiba-tiba?”
Helen : “Kamu gak perlu tau. Itu urusan
ku.”
Leo : “Itu urusan ku juga, kamu sahabat
aku.”
Helen : “Sejak kapan kamu jadi sahabat
aku? Aku gak pernah minta kamu untuk jadi sahabat aku.”
Leo : “Tapi aku menganggap kamu dan
yang lain itu sahabat aku, aku dan yang lain gak mau kehilangan kamu. Kamu
berarti banget buat kita.”
Helen : “Justru itu, aku gak mau
kalian ngerasa kehilangan saat aku pergi nanti..Yang nantinya akan bikin kalian
gak bisa nerima kepergian aku.”
Leo : “Maksud kamu apa? Kepergian?Kamu
mau mati?”
Helen : “Iya, kamu bener.”
Leo : “Hah? Emang kamu sakit apa?”
Helen : “ Tumor otak.(pergi meninggalkan leo)”
Leo : “Dia sakit tumor otak, tapi sikap
nya seperti gak lagi sakit apa-apa. Aneh. Gak takut mati apa.(berbicara sendiri)”
Bimo : “Siapa yag sakit tumor otak?”
Leo : “Helen..”
Marcel : “Jangan bercanda dong. Gak lucu
tau.”
(Pak Ray datang tiba-tiba)
Pak Ray : “Kalian sedang membicarakan apa
anak-anak?”
Bimo : “Leo pak, dia ngada-ngada. Dia
bilang ke kita semua kalau Helen sakit tumor otak.”
Clarissa : “Itu bohong kan pak?
Pak Ray : “Itu benar, Leo gak bohong.”
Marcel : “Jangan bilang Helen beneran
sakit tumor otak?”
Pak Ray : “Helen memang menderita tumor
otak,sudah sejak 2 tahun yang lalu. Ayahnya sudah memaksanya untuk melakukan
operasi. Tapi dia menolak.”
Bimo : “Kenapa dia nolak pak?”
Leo : “Udah bosen hidup kali pak.”
clarissa: “Hush.. Ngasal banget sih
ngomongnya.”
Marcel : “Memangnya kenapa pak?”
Pak Ray : “Helen merasa sudah tidak ada
alasan untuk dia bertahan hidup semenjak ibunya meninggal.”
Bimo: “Tapi kan masih ada ayahnya pak.”
Leo : “Masa dia gak mau bertahan hidup
demi ayahnya sih.”
Pak Ray : “Bapak juga tidak tahu. Ini
adalah salah satu alasan kenapa bapak meminta kalian berkelompok untuk mengurus
mading sekolah.”
Clarissa : “Jadi bapak meminta kita
berkelompok untuk mengurus mading sekolah, supaya Helen bisa jadiin kita alasan
untuk hidup.”
Leo : “Tadi dia bilang, dia gak mau kita
ngerasa kehilangan kalo nanti dia pergi.”
Pak Ray : “Kau benar Leo.”
Marcel : “Jadi kita sekarang harus
ngelakuin apa?”
Clarissa : “Kita bujuk Helen supaya dia mau
tetep hidup demi kita, demi ayahnya, dan demi semua orang yang sayang sama
dia.”
Leo : “Oke, besok kita ngomong sama
dia.”
*Keesokan
harinya*
Bimo : “Helen..”
Helen: “Kenapa?”
Clarissa : “Tentang penyakit kamu.”
Helen : “Kalian udah tau ya? Pasti dari
Leo.” (melirik ke arah Leo)
Marcel : “Kenapa sih len kamu gak mau
berbagi rasa sakit kamu ke kita?”.”
Helen : “Kalian gak ngerti. Aku ngelakuin
ini karna aku gak mau ngeliat kalian sakit.”
Clarissa : “Tapi kita semua ada disini buat
kamu len.”
Leo : “Kita mohon len, kita semua sayang sama
kamu. Kita gak mau kehilangan sahabat kaya kamu.”
(tiba-tiba..
Pak Ray datang dan mendekat ke anak-anak)
Pak Ray : “Kamu denger sendiri kan len,
banyak orang yang sayang sama kamu.”
Helen : “Iya pak, saya baru sadar.”
Pak Ray : “Jadi gimana? Mau jadiin mereka alasan untuk kamu
hidup?
Helen : “Iya, saya mau.”
Leo : “Makasih ya len.”
Clarissa : “Aku yakin kamu pasti bisa kok hidup lebih lama
lagi demi kita”
Marcel : “Kita akan selalu ada untuk kamu.”
Helen : “Seharusnya aku yang berterima kasih sama kalian.
Aku seneng banget bisa kenal sama kalian dan bisa jadi sahabat kalian.”
Leo : “Yaiyalah, kalo kamu gak mau operasi dan nanti kamu
meninggal, kamu gak akan pernah bisa ketemu sama cowok sekece aku disana,”
Marcel : “Kamu itu, pengen banget dibilang kece.”
Pak Ray : “Leo.. Leo..ckckck”
Seluruhnya: “Hahahahah…”
Persahabatan
yang dapat mengubah segalanya. Memang nanti akan ada saatnya dimana kita akan
merasa kehilangan seseorang yang kita sayang. Tapi yakin bahwa bertahan demi
orang yang kita sayang dan menyayangi kita itu jauh lebih baik daripada
menyerah dengan keadaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar