Selasa, 07 Mei 2013

Persahabatan Dapat Merubah Segalanya


Marcel, Leo, Bimo, Clarissa,Helen, adalah  siswa yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda. Mereka dipersatukan di sekolah yang sama.Marcel, si jahil yang selalu bersikap sinis. Leo, anak yang jarang berfikir sebelum bertindak. Bimo, orang yang tidak pernah mau meminta atau menerima bantuan orang lain. Clarissa, orang yang tidak pernah mau pusing memikirkan orang lain.. Dan Helen, cewek cantik yang tidak pernah bisa menolak permintaan orang lain. 

 Kini mereka harus menjalankan tugas dari Mr. Ray yang mengharuskan mereka berada di suatu kelompok. Tugas yang diberikan adalah mengurus mading yang ada di sekolah mereka..
                    Sepulang sekolah…
Pak Ray : “Leo, sudah berapa kali bapak bilang pada kamu. Berpikirlah sebelum kamu melakukan sesuatu. Pikirkan apa resiko yang akan kamu dapatkan nantinya.”
Leo : “Iya pak saya tahu. Tapi saya tidak terima kalau ada orang yang mengejek saya.”
Pak Ray : “Tapi tidak dengan kekerasan. Apa kamu pikir dengan memukul orang tersebut akan menyelesaikan masalah?”
Leo : “Tidak pak.”
Pak Ray : “Yasudah, sebagai hukumannya saya mau kamu masuk untuk mengurus mading sekolah.”
Leo : “Bersama siapa pak?”
(tok.. tok.. tok.. terdengar suara ketukan pintu)
Pak Ray : “Silahkan masuk.”
Bimo : “Permisi, bapak memanggil saya dan yang lain?” (sambil menoleh ke arah teman-temannya)
Pak Ray : “iya.”
Clarissa : “Apa kita ngelakuin kesalahan.”
Pak Ray : “Saya memanggil kalian semua karna saya ingin meminta kalian untuk mengurus mading sekolah kita.”
Marcel : “Kenapa mesti kita pak?”
Pak Ray : “Seperti yang kalian ketahui, mading sekolah kita sekarang sudah tidak begitu aktif lagi, semenjak kakak-kakak kelas kalian yang dulu mengurus mading fokus untuk menghadapi ujian.”
Clarissa : “Urusannya sama kami apa pak?”
Bimo : “Jangan bilang kita akan jadi satu kelompok untuk mengurus mading sekolah.”
Pak Ray : “Kamu benar bimo, sekarang hanya ada Helen yang masih aktif mengurus mading sekolah. Jadi saya minta kepada kalian untuk bekerja sama membangkitkan kembali mading sekolah.”
Bimo : “kita kan tidak melakukan kesalahan seperti yang dilakukan Leo.”
Clarissa : “Iya pak, ini gak adil. Leo yang berbuat kesalahan tapi kita yang kena.”
Helen : “Bukan itu maksud Pak Ray teman-teman. Pak Ray hanya ingin kita membuat inovasi baru untuk mading sekolah kita.”
Pak Ray : “Sebelumnya bapak minta maaf, mungkin kalian tidak bisa menerima keputusan saya. Tapi untuk kali ini saya mohon pada kalian, tolong bantu saya dan Helen mengurus mading sekolah.”
Marcel : “Baik pak, saya mau membantu mengurus mading sekolah.”
Pak Ray : “Baik, terima kasih anak-anak atas pengertian kalian.
*Keesokan harinya, di dalam kelas*
Helen : “Teman-teman tadi Pak Ray menitipkan pesan sama aku. Beliau bilang kita harus mengadakan rapat untuk membahas tema apa untuk mading sekolah kita minggu ini.”
Clarissa : “Okedeh, emang menurut kalian tema yang bagus apa?”
Helen : “Nanti kita omongin. Gimana Cel? Kamu bisa?”
Marcel : “Bisa, tapi mungkin gak bisa terlalu lama.”
Helen : “Iya gak apa-apa kok.”
(Bel pulang berbunyi, satu persatu dari mereka datang ke perpustakaan)
Marcel : “ ayo mulai rapat.
Helen : “Yaudah kita mulai aja yaa.”
(lalu rapat dimulai)
Helen : “Yaudah rapat kita mulai. Gini teman-teman, untuk edisi mading minggu ini menurut kalian tema apa yang bagus untuk kita bahas?”
Marcel : “Menurut aku, karena minggu ini ada hari ibu, gimana kalau kita ngebahas tentang ibu, wanita atau apapun yang masih berhubungan dengan hari ibu.”
Bimo : “Ada yang udah punya karya buat ditampilin?”
Leo : “Helen, bukannya kamu jago nulis puisi. Gak ada apa satu puisi yang pas buat tema ini.”
Helen : “Ada sih, tapi gak bagus-bagus banget.”
Bimo : “Coba kamu baca deh puisinya..”
(Helen membacakan karya puisinya)
Ketika wanita menangis,
Itu bukan berarti dia sedang mengeluarkan senjata terampuhnya,
Melainkan justru dia sedang mengeluarkan senjata terakhirnya.
Ketika wanita menangis,
Itu bukan berarti dia tidak berusaha menahannya,
Melainkan karena pertahanannya sudah tak mampu lagi membendung air matanya.
Ketika wanita menangis,
Itu bukan karena ia ingin terlihat lemah,
Melainkan karena dia sudah tidak sanggup berpura-pura kuat.

Clarissa : “Cukup bagus kok buat dipajang di mading.”
Marcel : “Jadi kita semua setuju, puisi Helen yang akan kita pajang di mading.”
Leo : “Aku yang nempel yaa.”
Marcel : “Yaa emang Cuma itu yang kamu bisa.”
Bimo : “Oke, semuanya boleh pulang, makasih buat hari ini. Sampai ketemu besok yaa.”
Yang lainnya : “Iya..”
(beberapa menit setelah Marcel pergi, Bimo lari meninggalkan ruangan)
Helen : “Bimo tunggu! Duh..” (memegang kepala karena terpentok tembok)
Leo : “Kamu ngak apa-apa len?”
Helen : …. (pingsan)
Leo : “Helen!”
Clarissa : “Ayo bawa dia ke uks.”
*Keesokan harinya*
 (sebelum bel mausk berbunyi. Leo menempel puisi karya Helen di mading sekolah.)
Pak Ray : “Anak-anak tolong ikut saya ke kelas ya.”
Leo : “Baik pak” (semua anak mengangguk dan mengikuti Pak Ray)
Bimo : “Ada apa pak?”
Pak Ray : “Begini, mengenai mading sekolah edisi minggu ini, bapak sangat bangga pada kalian semua Ternya kalian bisa bekerjasama dengan baik sekali.Hasilnya sangat memuaskan.”
Clarissa : “Terima kasih pak, ini semua kan juga berkat bapak yang sudah menyatukan kami.”
Pak Ray : “Iya sama-sama. Oiya, kemaren bapak dengar Helen pingsan?” .”
Leo : “iya pak,Helen kemarin memang pingsan.”
Pak Ray : “Kamu tidak apa-apa Helen?”
Helen : “Tidak pak. Kemarin saya hanya sedikit kecapekan. Oiya pak. Saya sudah memutuskan untuk keluar sebagai pengurus Mading sekolah ini.”
Bimo : “Ada apa memangnya? Kita berbuat salah sama kamu?”
Helen : “ tidak ada apa-apa kok. Ini murni keinginan aku. Maaf teman-teman.Aku akan tetap keluar dari mading sekolah.”
Pak Ray : “Baiklah, itu sudah keputusan kamu, saya dan yang lain tidak bisa memaksa. Terima kasih atas kerja sama kamu.”
                              (yang lainnya berjalan meningggalkan Leo dan Helen)
Leo : “Sebenernya apa masalahnya?”
Helen: “Gak ada masalah apa-apa.”
Leo : “Lalu kenapa kamu mengundurkan diri tiba-tiba?”
Helen : “Kamu gak perlu tau. Itu urusan ku.”
Leo : “Itu urusan ku juga, kamu sahabat aku.”
Helen : “Sejak kapan kamu jadi sahabat aku? Aku gak pernah minta kamu untuk jadi sahabat aku.”
Leo : “Tapi aku menganggap kamu dan yang lain itu sahabat aku, aku dan yang lain gak mau kehilangan kamu. Kamu berarti banget buat kita.”
Helen  : “Justru itu, aku gak mau kalian ngerasa kehilangan saat aku pergi nanti..Yang nantinya akan bikin kalian gak bisa nerima kepergian aku.”
Leo : “Maksud kamu apa? Kepergian?Kamu mau mati?”
Helen : “Iya, kamu bener.”
Leo : “Hah? Emang kamu sakit apa?”
Helen : “ Tumor otak.(pergi meninggalkan leo)
Leo : “Dia sakit tumor otak, tapi sikap nya seperti gak lagi sakit apa-apa. Aneh. Gak takut mati apa.(berbicara sendiri)
Bimo : “Siapa yag sakit tumor otak?”
Leo : “Helen..”
Marcel : “Jangan bercanda dong. Gak lucu tau.”
 (Pak Ray datang tiba-tiba)
Pak Ray : “Kalian sedang membicarakan apa anak-anak?”
Bimo : “Leo pak, dia ngada-ngada. Dia bilang ke kita semua kalau Helen sakit tumor otak.”
Clarissa : “Itu bohong kan pak?
Pak Ray : “Itu benar, Leo gak bohong.”
Marcel : “Jangan bilang Helen beneran sakit tumor otak?”
Pak Ray : “Helen memang menderita tumor otak,sudah sejak 2 tahun yang lalu. Ayahnya sudah memaksanya untuk melakukan operasi. Tapi dia menolak.”
Bimo : “Kenapa dia nolak pak?”
Leo : “Udah bosen hidup kali pak.”
clarissa: “Hush.. Ngasal banget sih ngomongnya.”
Marcel : “Memangnya kenapa pak?”
Pak Ray : “Helen merasa sudah tidak ada alasan untuk dia bertahan hidup semenjak ibunya meninggal.”
Bimo: “Tapi kan masih ada ayahnya pak.”
Leo : “Masa dia gak mau bertahan hidup demi ayahnya sih.”
Pak Ray : “Bapak juga tidak tahu. Ini adalah salah satu alasan kenapa bapak meminta kalian berkelompok untuk mengurus mading sekolah.”
Clarissa : “Jadi bapak meminta kita berkelompok untuk mengurus mading sekolah, supaya Helen bisa jadiin kita alasan untuk hidup.”
Leo : “Tadi dia bilang, dia gak mau kita ngerasa kehilangan kalo nanti dia pergi.”
Pak Ray : “Kau benar Leo.”
Marcel : “Jadi kita sekarang harus ngelakuin apa?”
Clarissa : “Kita bujuk Helen supaya dia mau tetep hidup demi kita, demi ayahnya, dan demi semua orang yang sayang sama dia.”
Leo : “Oke, besok kita ngomong sama dia.”
*Keesokan harinya*
Bimo : “Helen..”
Helen: “Kenapa?”
Clarissa : “Tentang penyakit kamu.”
Helen : “Kalian udah tau ya? Pasti dari Leo.” (melirik  ke arah Leo)
Marcel : “Kenapa sih len kamu gak mau berbagi rasa sakit kamu ke kita?”.”
Helen : “Kalian gak ngerti. Aku ngelakuin ini karna aku gak mau ngeliat kalian sakit.”
Clarissa : “Tapi kita semua ada disini buat kamu len.”
Leo  : “Kita mohon len, kita semua sayang sama kamu. Kita gak mau kehilangan sahabat kaya kamu.”
 (tiba-tiba.. Pak Ray datang dan mendekat ke anak-anak)
Pak Ray : “Kamu denger sendiri kan len, banyak orang yang sayang sama kamu.”
Helen : “Iya pak, saya baru sadar.”
Pak Ray : “Jadi gimana? Mau jadiin mereka alasan untuk kamu hidup?
Helen : “Iya, saya mau.”
Leo : “Makasih ya len.”
Clarissa : “Aku yakin kamu pasti bisa kok hidup lebih lama lagi demi kita”
Marcel : “Kita akan selalu ada untuk kamu.”
Helen : “Seharusnya aku yang berterima kasih sama kalian. Aku seneng banget bisa kenal sama kalian dan bisa jadi sahabat kalian.”
Leo : “Yaiyalah, kalo kamu gak mau operasi dan nanti kamu meninggal, kamu gak akan pernah bisa ketemu sama cowok sekece aku disana,”
Marcel : “Kamu itu, pengen banget dibilang kece.”
Pak Ray : “Leo.. Leo..ckckck”
Seluruhnya: “Hahahahah…”

Persahabatan yang dapat mengubah segalanya. Memang nanti akan ada saatnya dimana kita akan merasa kehilangan seseorang yang kita sayang. Tapi yakin bahwa bertahan demi orang yang kita sayang dan menyayangi kita itu jauh lebih baik daripada menyerah dengan keadaan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar